KOTA BEKASI, 5 Agustus 2025 — Di bawah langit pagi Kota Bekasi, apel Senin tak sekadar ritual birokrasi. Ada gemuruh yang lebih dalam dari barisan ASN: kebanggaan. Tujuh atlet tinju muda yang mengharumkan nama daerah dalam Seleksi Nasional Piala Menpora 2025, hari ini berdiri tegap di hadapan Pemkot, menerima penghargaan sebagai simbol dari peluh dan luka yang mereka ubah jadi medali.
Mereka bukan hanya bertanding, tapi bertarung. Melawan rasa takut, ragu, dan batas fisik mereka sendiri—semua demi satu hal: membuktikan bahwa Kota Bekasi bukan hanya kuat dalam angka anggaran, tapi juga dalam urat baja generasinya.
Dari 11 petinju yang dikirim ke gelanggang nasional di Hall Basketball GBK Senayan, 21–26 Juli lalu, tujuh di antaranya berhasil membawa pulang prestasi bergengsi. Dua emas dari Afianita Kartika Manopo dan Yuliana Pudi, satu perak dari Khairul Azam, serta empat perunggu dari Marceilo Surati, Novenvy Estevin Samalang, Maycro Odniel Iskiwar, dan Yos Naftalio Horman. Hasil itu menempatkan Kota Bekasi sebagai juara umum dalam seleknas yang jadi bagian dari penjaringan atlet menuju SEA Games 2025.
Apresiasi diberikan Pemkot Bekasi secara simbolis: piala berbentuk sarung tinju, piagam, dan uang pembinaan yang diserahkan langsung kepada atlet—bukan sekadar formalitas, tapi bentuk penghormatan atas dedikasi yang tak ternilai.
“Hari ini kita beri penghargaan untuk anak-anak Bekasi yang tak hanya bawa nama daerah, tapi juga harumkan Jawa Barat di mata nasional. Ini bukan soal tinju semata, ini soal harga diri dan identitas daerah,” ujar Ricky Suhendar, S.E., M.Si, Ketua Pengcab Pertina Kota Bekasi.
Tinju: Nafas Panjang Kota Patriot
Tinju di Kota Bekasi bukan sekadar cabang olahraga. Ia adalah tradisi kekuatan, ketangguhan, dan determinasi. Di antara riuhnya pembangunan, prestasi para petinju ini adalah pengingat bahwa karakter Kota Bekasi dibangun dari semangat tak gentar.
“Potensi tinju Kota Bekasi sangat luar biasa. Di Jawa Barat, kami bukan cuma dikenal—kami ditakuti. Dan ini baru permulaan. Target kita adalah Porda 2026, di mana Bekasi harus kembali menjadi juara umum,” tambah Ricky Suhendar dengan penuh keyakinan.
Seleknas Piala Menpora kali ini mengacu pada surat resmi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga RI (Nomor B.PO.01.00 /7.11.1/D-III.3/VII/2025), menjadikan proses seleksi lebih ketat dan berbobot. Kota Bekasi menjawabnya dengan disiplin dan semangat juang yang tidak main-main.
Pesan Pemkot: Rawat Mental, Jaga Fisik, Junjung Martabat
Wali Kota Bekasi memberikan pesan tegas: pembinaan tak boleh berhenti di podium. Mental juara harus dijaga, fisik harus dipelihara, dan semangat tidak boleh pudar. Atlet tidak hanya dibina untuk menang—mereka dipersiapkan untuk menjadi simbol karakter daerah, bahwa untuk Porda 2026, harus lebih meningkat lagi prestasinya dari porda-porda sebelumnya.
Kota Bekasi tak sedang bermain-main dalam membina olahraga. Dari ring kecil di ujung kecamatan, lahirlah nama-nama besar yang suatu saat mungkin berdiri di podium SEA Games, bahkan Olimpiade.
“Tinju bukan soal siapa yang paling kuat. Tapi siapa yang paling sabar menahan rasa sakit untuk melepaskan satu pukulan yang tepat.”
Catatan Akhir
Di tengah arus kritik publik soal pembangunan yang terlalu beton dan birokrasi yang terasa dingin, para atlet ini menjadi wajah Kota Bekasi yang paling hangat. Mereka tak minta perhatian. Mereka hanya bertanding. Tapi hari ini, kita tahu—Bekasi masih punya kebanggaan yang tak bisa diukur dengan angka, tapi dengan dedikasi.
Di bawah bendera merah putih yang berkibar, mereka berdiri: dengan bekas pukulan di pelipis, peluh di dahi, dan cahaya kemenangan di mata. Bekasi menatap ke depan—dengan sarung tinju yang bukan untuk berkelahi, tapi untuk meraih masa depan.(DMS)