Dari Bekasi dot com – Keheningan malam Kamis (18/12/2025) menyelimuti Rumah Duka Grand Heaven, Pluit, Jakarta. Di antara rangkaian bunga yang tersusun rapi dan doa-doa yang dipanjatkan, hadir Henriko Siagian, tokoh pemuda Batak sekaligus kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Bekasi, menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Drs. Andy Salim, tokoh pluralisme yang semasa hidupnya dikenal konsisten merawat kebhinekaan.
Kehadiran Henriko bukan sekadar formalitas. Sebagai figur muda Batak yang aktif dalam ruang sosial dan politik Kota Bekasi, ia datang membawa empati dan penghormatan mendalam terhadap sosok almarhum yang dikenal luas lintas iman, suku, dan golongan. Di hadapan jenazah, Henriko tampak khidmat, memanjatkan doa, lalu menyampaikan penguatan langsung kepada istri dan keluarga yang ditinggalkan.
“Almarhum adalah teladan dalam hidup berdampingan. Ia tidak membeda-bedakan, selalu membuka ruang dialog, dan bekerja nyata untuk kemanusiaan,” ujar Henriko Siagian dengan suara tenang namun sarat makna.
Sebagai tokoh pemuda Batak, Henriko menilai nilai pluralisme yang diperjuangkan Drs. Andy Salim sejalan dengan semangat persaudaraan dan gotong royong yang menjadi napas kebudayaan. Sementara sebagai kader PSI Kota Bekasi, ia menegaskan pentingnya menjaga warisan toleransi tersebut agar tidak berhenti sebagai kenangan, melainkan terus hidup dalam tindakan sosial dan kebijakan publik yang berpihak pada persatuan.
Henriko juga mengenang almarhum sebagai pribadi yang aktif berkontribusi sosial, hadir dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, dan konsisten menempatkan kemanusiaan di atas perbedaan. Menurutnya, Kota Bekasi kehilangan sosok penyejuk yang mampu merangkul banyak pihak di tengah dinamika sosial yang terus berubah.
Kedatangan Henriko Siagian ke rumah duka menjadi simbol kuat bahwa solidaritas lintas identitas masih terjaga. Di tengah duka, perbedaan latar belakang melebur dalam satu rasa: kehilangan atas figur yang selama hidupnya mengajarkan arti hidup bersama dalam keberagaman.
Malam itu, doa mengalir lirih. Di balik suasana pilu, pesan almarhum Drs. Andy Salim kembali ditegaskan—bahwa pluralisme bukan slogan, melainkan kerja panjang yang harus terus dijaga oleh generasi muda dan para pemimpin masa depan.
(DM)






